Memainkan Melodi Sang Inspirasi!

Hhhmmm... Pikir-pikir Lagi Deh


     Demam Ospek. Ya, entah kenapa dari awal masuk kampus putih biru ini jatuh cinta banget sama ospek yang penuh esensi (menurut saya) di kampus ini. Ingat! Bukan jatuuh cinta sama nama, simbol, atau lain sebagainya seperti yang orang lain tuduhkan, tapi benar jatuh cinta pada esensinya. Entah karena saya terlalu pasif sehingga terima-terima aja peraturan yang ada dan suka-suka aja dengan sistemnya, atau karena memang saya benar-benar suka. Tapi dari kebenaran suka itu saya bertanya, mengapa harus seperti itu????

     Kata orang ospek di kampus saya itu menonjolkan nilai salah satu agama. Banyak orang selalu bilang, "Kampus kita bukan pesantren bro, bukan kampus islam. Kenapa harus dibuat kayak gitu?" Ok. Setuju. Setuju dengan kampus kita bukan kampus islam. 100% setuju. Tapi mari kita ngeliat lebih dalam lagi tentang pretelan esensi-esensi peraturan ospek kampus. Apa emang bener itu aturan islam? Apa bener itu islamisasi? 

     Sebagai seorang yang tiga kali terjun langsung sebagai pelaksana ospek dan sempat ada di bagian pembuat peraturan, hmmm... saya rasa peraturan-peraturan yang ada bukan berdasarkan Qur'an dan hadits. Tapi berdasarkan logika, keilmuan, realitas sosial, dan kebutuhan. Sebelum lanjut nulis, agan-agan yang mau baca tulisan saya harus mematuhi aturan baca sebagai berikut:
1. Baca sampai selesai;
2. Mari berpikir netral dan general;
3. Tujuan penulisan ini adalah untuk menjabarkan peraturan dengan menjawab esensi dari mengapa.
4. Sumber tulisan ini adalah blog-blog, web, yang memuat hasil penelitian. 

Setuju? Kalau setuju, mari lanjut membaca. Kalau ga setuju, silahkan kembali ke koleksi yang lain :) 
     
     Ok. Kali ini saya mulai dari yang sering jadi pertentangan berjam-jam pleno untuk memutuskan poin yang satu ini. Mengenai perempuan yang berjilbab. Kenapa harus 1 jengka dan menutupi dadal? Tertulis, "Bagi Miba yang menggunakan kerudung,kerudung menjulur menutupi dada dan panjang kerudung minimal satu jengkal dari bahu." Saya mau tanya, di mana letak aturan yang menyebutkan islamnya? Mari berpikir general
  1. Di poin itu gak disebutkan "Bagi perempuan muslim yang berkerudung." Ini karena kami menyadari bahwa yang berkerudung Bukan Hanya Wanita Muslim. Benar?
  2. Surat apa, ayat berapa yang menyebutkan jilbab harus satu jengkal dari bahu di Al-Qur'an? Ga ada kan? Mana letak aturan islamnya, kalau di islam disebutkan "...menjulurkan kain ke dadanya..." tidak ada embel-embel harus satu jengkal dari bahu.  Setuju?
  3. Kenapa menutupi dada? Karena mengingat ada peraturan sebelumnya yang bilang tidak diperbolehkan menggunakan pakaian ketat. Emang kenapa ga boleh make pakaian ketat? karena bisa nimbulin macam-macam penyakit ( baca : http://jadiberita.com/14598/11-bahaya-pakaian-ketat-bagi-kesehatan.html). Balik lagi, nah menutupi dada ini adalah sebagai kontrol dari pakaian ketat ini. Selain ketat, pakaian juga harus panjang, ga ada yang mini-mini. kenapa? 1. aturan akademik. 2. Penelitian membuktikan (baca :http://ratnalaila.tumblr.com/post/17704430376)
  4. Kenapa satu jengkal? Karena harus menutupi dada. Karena (*punten) dada kan ga cuma bisa diliat dari depan, tapi juga dari samping, makannya patokannya 1 jengkal dari bahu. Kenapa 1 jengkal? Karena kalo pake satuan 'cm' susah ngontrolnya, harus bawa penggaris kemana-mana. Lagian x cm di orang A belum tentu menutupi dada x cm di orang B. Kenapa gak 5 jari? 5 jari ga nutupin dada. Terus jengkalnya siapa???? Pertanyaan aneh, ya jengkal orang yang make lah. Karena perbandingan badan tiap orang berbeda makannya yang dijadiin parameter ya jengkal masing-masing orang yang make. Ngertiii???
     Ok. Itu semua esensi yang dibuat di balik peraturan. Bukan berdasarkan Quran dan hadits tapi berdasarkan penelitia, keilmuan, kesopanan, kenyamanan peserta, aturan kampus, dllnya. Mari bicara lebih general dan berdasarkan fakta. Bukan keinginan.

     Walaupun hal-hal di atas yang menjadi dasar peraturan di buat, ada juga nih yang komentar, konon katanya ini dari salah satu orang tua mahasiswa yang disampaikan ke saya lewat petinggi mahasiswa di kampus, "Kenapa harus segitunya sih peraturan ngatur pakaian, kita juga tahu, harusnya kayak gitu. Gak usah diingetin." -______________________________-"
  1. Nah itu tau kalo harusnya kayak gitu? Kok masih protes?
  2. Gak usah diingetin? Yang diingetin aja suka kelupaan. Gak liat cewe samping ibu? cuit-cuiiitt....      

      Masalah yang kedua adalah tentang ada atau tidak adanya kode etik/ aforismee/ sejenisnya yang mengatur tata cara yang baik dalam beretika. Alasan beberapa orang, "Ga usahlah aturan kayak gitu  (sportif, tata krama, dll) diadain, kita kan udah gede, ga usah diatur-atur. Udah ngerti." 
  1. Yakin udah ngerti? Nah tuh masih sering ga tegur sapa, masih suka ga sportif, masih suka makan-minum sambil berdiri. -_____-
  2. Apa salahnya kalau diingetin sama kode etik? Lagian juga cuma teguran hukumannya. Biar lebih lempeng aja.
  3. Namanya juga ospek, wajarkan kalau yang ditanamkan adalah nila-nilai baiknya dulu.    

     Adalagi nih, di kode etik yang sempat ada beberapa orang yang berpikir "hilangin aja. gak penting seperti adab makan dan minum (tidak sambil berdiri). Sekali lagi, bukan karena agama kemudian aturan ini ada, meskipun islam memang mengajarkan demikian. Tapi alasannya adalah karena kesehatan. Supaya kerja ginjal kita ga begitu berat (selengkapnya, baca http://www.vemale.com/kesehatan/35450-tahukah-anda-makan-minum-sambil-berdiri-itu-bahaya.html atau http://newslifestyle4u.blogspot.com/2013/09/bahaya-minum-dan-makan-sambil-berdiri.html). Clear?

     Aturan selanjutnya, tentang jam malam. Kenapa harus ada?
  1. Aturan, norma yang ada di kampus dan sekitarnya.
  2. Realitas saat ini (khususnya Bandung terlebih Dakol), banyaknya kejahatan di malam hari.
  3. Butuhnya waktu istirahat untuk tubuh yang seharian lelah baik panitia maupun peserta.
  4. Kenapa ada jam malam? Sama halnya kenapa ada malam pertama tapi gak ada siang pertama. (sorry)
     Terakhir adalah tentang formasi laki-laki dan perempuan apakah baiknya dicampur atau dipisah. "Kan dikampus nanti kita juga bakalan dibaur di kelas. Kenapa gak mulai diajarin realitas yang sebenarnya aja sih.". Alasan pertama, balik ke alasan no 3 kenapa ada kode etik (*baca atas gan). Sebelumnya mau menanyakan beberapa hal dulu:
  1. Perempuan - laki-laki sama atau berbeda?
  2. WC umum laki-laki perempuan sama atau beda?
  3. Pernah naik KRL pagi-pagi atau sore pas pulang kerja? Apa jadinya kalau laki-laki dan perempuan berdesakan di tempat serapat itu. Itulah mungkin kenapa akhirnya gerbong aja dipisah.
     Ok, pertanyaan di atas hanya sebuah perenungan aja. Alasan sebenernya :
  1. Mempercepat mobilisasi. Karena kami tahu acara padat dan slot waktu buat ngaret itu nyaris gak ada. Kekuatan laki-laki dan perempuan untuk berjalan-berlari itu beda, makannya dipisah. Biar laki-lakinya juga ga nyalahin perempuan kalo terlambat.
  2. Masih dengan mempercepat mobilisasi, contoh mobilisasi untuk wudhu dan shalat (tempat wudhu, wc, dan tempat shalat antara laki-laki dan perempuan beda)
  3. Jawaban pertanyaan nomor 3 dari pertanyaan sebelumnya. Gedung Serba Guna kami punya keterbatasan quota bung. Gerbong aja pisah :-p
  4. Tugas ospek itu bejibun banyaknya, nah pikirin kalo sekelompok bareng cowo-cewe. Jam malam di lingkungan kampus bisa dilanggar, jam asrama juga, jangan-jangan bisa nginep juga di tempat lawan jenis. Di ospek ini, mari ajarkan yang lurus dulu.
  5. "Laaah, itu di atas kan alasan teknis. Ga penting alasan teknis mah, yang penting esensinya." Kalo teknis bisa menggagalkan acara, kenapa ga dihindari.
  6. "Akhirnya kan kita gabung juga cewe-cowo. Kalau gitu berarti kita ga bisa ngajarin cowo gimana harusnya memperlakukan cewe dong." ---> quote dari Davin Arvianda "Bukan untuk belajar bagaimana memperlakukan perempuan, tapi jauh dari itu bagaimana agar kita belajar memuliakan perempuan."
  7. Realitasnya, analisis, datanya adalah Gerbong kereta aja dipisah.
       Huh..... cape jelasinnya, ini nulis nyambi sambil praktikum jadi entahlah bisa dimengerti atau tidak, ada yang kelewat atau tidak. Tapi semoga bermanfaat.


     Kalau masih ada yang bilang aturan-aturan di atas adalah aturan islam, saya cuma bisa mengatakan itu fakta  logika, keilmuan, realitas sosial, dan kebutuhan. Saya sebagai salah satu yang pernah buat peraturan itu dengan tegas menegaskan bahwa tidak sekalipun ketika membuat peraturan saya kutip potongan quran atau hadits.  Kalau ternyata apa-apa yang ada di pretelan peraturan itu adalah sama dengan aturan islam dalam Qur'an dan Hadits, itulah KEBESARAN ALLAH yang menyajikan setiap ayat penuh dengan esensi, bukan tanpa sebab. Mungkin karena itulah islam merupakan paket lengkap yang memuat logika, keilmuan, realitas sosial, dan kebutuhan dari zaman ke zaman. 

       Mari berpikir general sobat.... :)

5 komentar:

  1. kalau tentang peraturan tidak boleh berbocengan dengan lawan jenis gimana fan? itu banyak yang nanya rasionalisasinya looh.. ya sapa tau bisa dibantu dijelaskaan :))

    BalasHapus
  2. Dear anonim. Kenalan dong :D
    Secara prinsip sih stuju, untuk menghindari fitnah, atau anggapan lain berhub kita hidup di masyarakat. (Meskipun secara nyata saya sendiripun masih bandel untuk yg satu ini.). Tapi untuk kegiatan sebesar ospek, saya tidak merekomendasikannya. Ingat bukan berarti ga setuju, hanya saya belum bisa nemuin kontrol yang tepat buat peraturan ini selain kontrol manajemen kalbu. Mungkin kalau agan anonim ini bisa menemukan kontrol yang tepat untuk pelanggarannya, dan bisa merasionalisasikannya, bisa jadi peraturan ini juga patut untuk diterapkan. Kontrol dari peraturan ini sy anggap masih lemah, kenapa? dari mana si x tau bahwa si a berboncengan dengan keluarganya tau bukan. Hanya itu saja

    BalasHapus
  3. di tunggu rasionalisasi nya ya
    kalau hanya untuk melidungi wanita karena pulang malam hari bagaimana? kenapa bisa berfikir sependek itu sih?

    BalasHapus
  4. Rasionalisasi yang mana lagikah Mr. Anonim? :D
    Masih tentang boncengan ya? :)
    pertama, silahkan baca lagi komentar saya yang pertama. Kedua mungkin kembali lagi kenapa emang harus pulang malam, kan ada jam malem, sekalipun ga ada aturan ospek. Yang ketiga, saya sendiripun pernah diantar pulang malam meski ga boncengan. Yang keempat, sepertinya ada yang Mr lewatkan tentang kebijakan yang diberikan.
    Makasih atas pendapatnya :). Kenapa bisa berfikir pendek? Ya mungkin karena Mr. Anonim gak masuk ke dalam sistem atau ga menyampaikan rasionalisasinya kenapa harus kayak gitu. Jadi aja pikiran saya pendek tanpa pemikiran Mr. Anonim :). Muuph ya :)
    Ada saran konkrit dari pemikiran analistis dan kritis yang dalam dari Mr.Anonim untuk hal yang satu itu? Silahkan di share. Rasionalisasi saya dari dulu sampai saat ini cuma segitu. Bisa dinego, mungkin bisa bermanfaat untuk para calon pelaksana yang baca :)

    BalasHapus
  5. Mungkin pemikiran pendek adalah ketika ada tantangan tetapi menyerah dengan tantangan dan lantas menyalahkan tantangan itu sendiri karena pemikiran pendek kita gak mampu untuk melewati panjangnya tantangan itu. :D

    BalasHapus

 

About