Memainkan Melodi Sang Inspirasi!

Tanpa Makna


Semilir angin berbisik dalam heningnya hari itu. Rasanya seperti menerbangkanku kembali pada suatu masa kental yang kurindukan. Kuat. Begitu kuat ia menariku ke dalam nostalgia gila yang hanyalah sebuah fatamorgana ketika aku mengejarnya. Tentu bukan itu yang ingin disampaikan angin pada daun telinga yang berdentum. Atau yang disampaikan otak pada jantung yang berdetak. Tidak. Bukan hanya sekedar hilir lalu yang lewat lalu menghilang. Tidak seperti kabut yang menipis karena hujan. Ini bukan hanya sekedar lorong waktu yang mengahntarku pada memori silam. Ini adalah sesuatu yang tak terdefinisikan kata pada lisan yang mengucap. Ini adalah satu detik helaan yang kurasakan dari patahan asa. Bersama dalam imajinasi yang aku sendiri tak tahu dan tak bisa kuraih. Bersama dengan apa yang kudefinisikan sebagai ketiadaan. Dikatakan sia-siapun aku tak rela. Tapi kenapa semuanya sulit untuk kukatakan pada diksi kata yang membentuk nada. Ia begitu indah hingga akupun tak pantas untuk mengurai keindahannya.

Kalau boleh aku ingin tenggelam dalam sepi dari pada harus menatap ramai yang mengganggu
Kalau boleh aku ingin menyampaikan abjad lewat tutur dari pada membisik dalam umpatan
Kalau boleh aku ingin menyapa keberadaan dalam hidupku sendiri dari pada menilai sebuah ketiadaan.
Kalau boleh... izinkan panas mengevaporasi segala emosi yang berkecamuk dalam titik air. Setidaknya itu lebih baik

Seperti apa yang kugoreskan adalah sebuah ketiadaan makna yang terlupakan.


Tidak. Sama sekali tidak ada terfikir olehku untuk mengenyampingkan ketiadaan. Meski Fisika lewat Newton mendefinisikan ketiadaan bernilain 0, tapi Kimia menyulapnya melalui bisik deposisi, perubahan dari ketiadaan udara menjadi padatan yang nyata.
Semuanya adalah dari mana kita memandang. Harga jualnya adalah seberapa tinggi menilai makna dari sebuah ketiadaan.


Mengurai abstraksi dari sejumput raut marut fikir dari sebuah pensieve yang akupun ragu kapan kumenyimpannya. Menelusuri langkah lembar demi lembar usang ensiklopedi yang akupun tau isinya. Langkah yang hampa tanpa tujuan. Menitik titik dalam garis yang menyanyikan hening puisi. Aku tak tau apa yang kumaksudkan, tapi aku hanya ingin menyampaikan apa yang tak bisa diucap imajinasi pada secarik lembar hidup.  Segala sesuatu bisa bermakna di balik kacamata pemakna. Terlalu sulit.

 Aku cemburu pada keberadaan yang berarti.  Tapi inilah aku dengan ketidakberadaanku yang menjadikannya ada.

0 komentar:

Posting Komentar

 

About