Memainkan Melodi Sang Inspirasi!

Jumpa Shubuhku


Ada mimpi yang kadang terasa begitu nyata. Seperti bisa menyentuh semuanya yang hanya kumpulan kabut.

Kutemui ia di shubuhku. Saat hari mentransformasikan gelap menjadi biru teduh menyejukan. Rasanya masih kujelas apa saja yang kubawa dari tidurku, senyum menyambut harapan 24 jam yang ada di depan dengan segala perencanaan . Semuanya hanyalah mimpi. Tapi TIDAK! Semuanya adalah harapan, dan paling tidak senyumku ini adalah nyata yang mengawalinya.

Lintang dan bujur yang memeluk bumi saja adalah garis hayal yang akhirnya menjadi nyata di atas lembar-lembar ilmiah peneliti dan lembar-lembar idnetitas bumi. Kenapa tidak dengan mimpiku. Bagaimana aku mentransformasikan ia menjadi nyata. 

Kadang ragu itu datang, ketika mimpiku sama dengan mimpimu, mimpinya, dan mimpi lainnya... Tak mungkin aku yang meraihnya, karena mungkin kamu lebih pantas meraihnya. Tapi mengapa aku bereaksi terhadap aksi yang tak ada. Bukankah Newton menuangkannya, bahwa reaksi ada ketika adanya aksi. Atau harapan tatapan itu yang bertindak sebagai aksi. Tapi percuma. Aksinya hanya bernilai 0 yang tak bernilai. 

Ah.. Rasanya seperti menggantung di bawah atap langit dan jauh di atas pijak bumi.  Ingin turun takut jatuh. Lalu haruskah aku terbang dengan satu sayap yang patah. Atau mungkin menaiki anak tangga langit dan menyusuri langit yang tak berbatas.

Apakah mimpi ini nyata yang bisa menjadikan kabut berdeposisi menjadi padatan nyata. 
Atau hanya sekedar kabut yang menutupi shubuhku untuk melangkah ke 24 jam ke depan.
Atau ia hanya menjadi cahaya yang akan mengiringi kepergian kabut dan membukakan pagi.

Rasa ingin dan tak ingin bersatu terlukis dalam garis di atas kanvas abu-abuku. Sulit mengucap kata dan mendefinisikan abstraksi makna. Puzzle yang lengkap, namun tak saling menyatu. Seperti ada yang hilang dalam satu bagian yang ada dalam satu genggaman.

Tapi...
Mimpiku adalah senyumanku,
Mimpiku adalah harapanku,
Begitu juga dengan kamu, ia, dan mereka.
Kenapa tidak kita berjuang untuk menyublimnya menjadi padatan kenyataan.
Jika tidak bisa, setidaknya ia akan menjadi pecahan harapan yang menebar dalam hari untuk memberikan warna.

1 komentar:

  1. Semuanya berawal dari merjaut mimpi. Berani bermimpi, berani mengingat, dan berani memperjuangkan

    BalasHapus

 

About