Memainkan Melodi Sang Inspirasi!

Romantisme Diam


Aku sangat menyukai keheningan yang tercipta dari kebisuan kata, juga tindakan yang tertata. Mengalir tenang mengikuti medannya, hingga nanti ia dibertemukan dengan berbagai arus di lautan. Tidak berbagi tentang gejolak yang ada di hati. Tidak terucap satu kata indah, tidak terucap satu nama yang terbayang. Cukuplah disimpan indahnya dalam hati. Cukuplah jadi rahasia yang hanya Allah yang mengetahui.

Virus merah jambu pasti semua orang terjangkit virus ini. Salah? Gak sih. Tergantung cara kita memaknai dan menyikapinya. Apa yang terinfeksi akan berteriak ke dunia, "Hai dunia, saya kena virus loh.". Lantas harus bangga? atau hanya diam menutupi gejolaknya sampai tiba waktunya untuk diceritakan dan diungkapkan pada orang yang tepat. Orang Pilihan-Nya.

Diam itu Romantis...
Apa yang diungkap, apa yang diperlihatkan akan mudah terbang dan hilang tertiup angin yang sebenarnya menyejukan. Coba deh, kalo misalnya kita bilang suka sama Mr./Mrs.X apalagi nembak, terus ditolak, aduuuh... malu kan. Belum lagi kemungkinan hubungan pertemanannya bakalan berubah kaku. Lama-lama malah putus silaturahim. Mending putus pacar aja. Hehe... 

Diam itu romantis..
Memendam sampai saatnya tiba waktu yang tepat itu kejutan terindah.Tapi bukan hanya memendam, mintalah pertolongan-Nya supaya apa yang dirasakan ga menjadi racun yang membunuh nurani. Cinta pada Yang Maha Cinta harus tetap menjadi nomor satu. Jangan mudah mengorbankan tempat-tempat untuk orang-orang di sekeliling kita yang memang harus kita cinta hanya untuk memberikan ruang tempat untuk dia yang belum halal. Biarkan sesuatu yang indah tumbuh dalam suasana indah yang diberkahi.

Kenapa pada heboh mengagumi kisah cinta Romeo-Juliet yang ga berakhir indah. Kisah cinta yang ga pernah bersemi pada suasana yang diharapkan. 

Diam itu romantis...
Tetaplah diam, jangan biarkan setan sekalipun mendengarkan bisikan hati yang terasa ingin berteriak, agar kisahnyapun menjadi indah nantinya, seindah kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. Teramat rapatnya merahasiakan perasaannya satu sama lain, hingga setan saja tidak mampu mendengarnya. Kesabaran selalu berbuah manis. Sampailah pada saat Allah menyatukan keduanya dalam pernikahan. Dikisahkan setelah menikah Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”.
Waah.. Subhanallah.. indah kan??? Biarkan semua mengalir diam hingga saatnya bertemu dengan orang yang tepat. :)


0 komentar:

Posting Komentar

 

About